Abadikan Stasiun Kudus dengan Berfoto

  • Acara
  • Anywhere

Pasar Johar yang mengambil alih fungsi bangunan Stasiun Kudus sudah dipindah. Meski masih tampak sebagai bangunan stasiun, puing-puing bekas bangunan pasar berserakan.

 

Melihat kondisi tersebut, anak-anak muda Karangtaruna di kelurahan Wergu bekerjasama dengan komunitas di Kudus membuat kegiatan upacara perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan  Republik Indonesia (RI) ke -72 di  sana. Upacara yang biasanya di lapangan, kini diadakan di dalam bangunan Stasiun.

 

Anak-anak Omah Dongeng Marwah berangkat pukul 09.00 WIB,  semua berkumpul di Omah Dongeng Marwah.  Mereka mengendarai motor dengan berboncengan, kecepatan lajunya pun tidak begitu cepat. Mungkin 30km/jam, mengingat mereka belum memiliki SIM. Dengan perlengkapan helm dan STNK tak pernah ditinggalkan.

 

Sesampai di Stasiun Kudus, anak-anak dan kakak pendamping panik, dikarenakan para peserta upacara yang lain telah berbaris rapi menyanyikan lagu Indonesia Raya dan terlihat Sang Merah Putih sudah dikibarkan.

 

“Kak, bendera yang tak bawa tak digunakan, yach… percuma,” kata Putri dengan kecewa. Bagaimana tidak kecewa, anak-anak dengan semangat dan tergesa-gesa berangkat ke Stasiun dengan harapan dapat berpartisipasi dalam upacara. Eh, ternyata upacara telah dimulai. “Kak, kok sudah dimulai dulu, kenapa tidak menunggu kami,” ungkap Tiyo menimpali omongan Putri.

 

Mengingat Kak Edy dari ODM yang ditugasi jadi Pembina upacara belum di lokasi. Kakak-kakak pendamping dan anak-anak pun jadi tambah panik. Tangan dingin. Dredeg. Dalam pikiran kami terbayang upacaranya akan gagal.

 

Beberapa waktu kemudian, Kak Edy datang mengendarai scooter merahnya. Sesampai di lokasi, Kak Edy juga sempat bingung. Sempat terlintas dalam pemikirannya, siapa yang akan menggantikan tugasnya jadi pembina upacara.

 

“Pre memory,” kata Pembawa acara membacakan susunan acaranya. Kami seperti melihat lampu menyala di tengah kegelapan. Teryata eh teryata kejadian yang kami lihat sebelumnya bagian dari gladi bersih upacara.

 

Upacara Dimulai

 

Di dalam bangunan yang diresmikan sejak 15 Maret 1884 itu, detik detik peringatan proklamasi segera dimulai. Waktu menunjukkan tepat pukul 10.00 WIB. Semua berbaris rapi dan tegak. Para petugas siap menjalankan tugasnya. Anak-anak Omah Dongeng Marwah berbaris rapi dengan pita merah putih dipipi kami. Sepertinya itu identitas kami, selain baju orange yang kami kenakan.

 

Di dalam barisan tersebut peserta upacara terdiri dari usia SD sampai kakek-kakek. Sungguh luar biasa semangatnya. Mereka adalah  dari berbagai komunitas, ada Ontel  Ontel Tok lengkap dengan sepeda dan seragam ala veteran, Kresek, Yuk Main, Kelas Inspirasi, Mahasiswa UMK, Mahasiswa STAIN Kudus, Remaja Menara, dan warga sekitar. Semua antusias dan hikmat mengikuti upacara tersebut.

 

Terlebih ketika pembina upacara menyampaikan amanat terkait sejarah Stasiun. Bangunan ini pernah dihajar oleh pesawat tempur Belanda ada Agresi I, 21 juli 1947. Tubuhya terluka sebanyak 200 lubang lebih. Semua seakan tercengang dan takjub bahwa sejarah Stasiun Kudus luar biasa. Ketika itu semua hening dan tak mengedipkan matanya.

 

Ketika pimpinan upacara membubarkan barisan, semua bubar  untuk berfoto-foto. Kebanyakan peserta menyerbu komunitas sepeda ontel untuk berfoto bersama. Mengapa tidak? Baju dan sepeda yang menjadi ciri khasnya menjadi daya tarik. Hal tersebut juga berlaku untuk kami. Kami juga sempat dipinjami sepeda ontel, berkeliling di setiap sudut bangunan Stasiun Kudus untuk mencari tempat berfoto. Bersuka ria. Karena salah satu cara menjaga dan mengenang sejarah adalah berfoto ria.

(Kak Ulin)