Mendongeng di Hari Ulang Tahun Komunitas Kudus Mengajar

  • Anywhere

Pada hari Minggu, 29 Januari 2016, Komunitas Kudus Mengajar (KM) menyelenggarakan kegiatan lomba menggambar dan mewarnai di Museum Kretek, Kudus. Omah Dongeng Marwah berkesempatan untuk mendongeng untuk peserta lomba tersebut.

Kegiatan lomba tersebut juga sebagai penanda hari jadi komunitas Kudus Mengajar, yang tahun ini merayakan ulang tahun pertamanya. Selain lomba tersebut, kegiataan hari itu diisi dengan flashmop cuci tangan, ice breaking seru, menyanyikan lagu anak-anak, sampai mendongeng.

Komunitas yang lahir pada 28 Januari 2015 ini merupakan gerakan sosial pendidikan di Kudus yang berkegiatan memberikan pembelajaran dan pendampingan bagi anak-anak Kudus secara berkesinambungan melalui media yang menarik serta cara yang inovatif (Komunita.id). Komunitas ini terinspirasi komunitas serupa dari kota Solo: Komunitas Solo Mengajar (Koranmuria.com).

Persiapan mendongeng
Persiapan mendongeng

Tersebutlah Kak Mifta, Kak Ajeng, dan Kak Tunggul untuk mendongeng. Beberapa hari sebelum kegiatan tersebut mereka sudah bersiap, mulai dari menghafal cerita dongeng, sampai praktik mendongeng dengan gaya dan kreasi masing-masing.

Kak Mifta mendongeng "Doa Balpina"
Kak Mifta mendongeng “Doa Balpina”

Kak Mifta mendongengkan cerita berjudul Doa Balpina karya kak Edy.  Kak Mifta yang masih duduk di bangku sekolah dasar semangat sekali waktu mendongeng. Selepas acara ia merasa bahagia sudah mendongeng dihadapan anak-anak yang ikut lomba menggambar dan mewarnai di Museum Kretek.

Kak Ajeng mendongeng "Puisi Pencari Pakis"
Kak Ajeng mendongeng “Puisi Pencari Pakis”

Kak Ajeng mendongengkan cerita berjudul Puisi Pencari Pakis karya Kak Edy. Kak Ajeng juga masih duduk di bangku sekolah dasar, meski ditengah mendongeng ia agak lupa dengan ceritanya, Kak Ajeng masih bisa tampil percaya diri di depan peserta lomba. Dan kembali menguasai jalannya cerita yang ia dongengkan sampai ceritanya berakhir.

Kak Tunggul mendongeng "Penjual Tempe yang Mujur"
Kak Tunggul mendongeng “Penjual Tempe yang Mujur”

Sedangkan, Kak Tunggul mendongengkan cerita berjudul Penjual Tempe yang Mujur karya Kak Edy. Alkisah, ada seorang Kakek dan cucunya, Banu. Sebelum Banu ke sekolah ia membantu Kakek jualan di pasar. Seperti biasa pada pagi hari mereka berdua pergi ke pasar untuk menjajakan dagangannya. Sayang, pagi itu tempe Kakek belum jadi. Karena tidak ada pilihan lain, Kakek tetap berusaha menjualnya. Agar pembeli tak kecewa, Kakek menjelaskan dulu kondisi tempe yang dijualnya. Ada satu pembeli yang terburu-buru, pembeli itu jadi membeli tanpa sempat mendengar penjelasan Kakek terlebih dahulu. Pembeli kedua, agak judes, setelah mendengar penjelasan Kakek kalau tempenya belum jadi, lalu pergi ke pembeli lainnya. Sampai Banu pulang sekolah, tempe kakek hanya laku oleh satu pembeli. Apakah Banu dan Kakek bisa bersabar? Bagaimana dongeng itu berakhir? (Baca: Dongeng Penjual Tempe yang Mujur).

Memasuki usia yang pertama, Kudus Mengajar kini memiliki anggota aktif berkisar 28 orang. Terdiri dari mahasiswa dari dalam maupun luar kota Kudus dari berbagai jurusan. Beberapa di antaranya berprofesi sebagai guru. Dengan slogan: mengajar dengan hati, mengabdi untuk negeri, setiap Sabtu jam 16.00 WIB dan Minggu jam 09.00 WIB komunitas ini mengajar di Omah Aksi (Jalan Ekapraya No. 34, Rendeng) dan di Dukuh Karangturi, Desa Setrokalangan, Kaliwungu (dengan memakai tempat salah satu tokoh masyarakat di sana sebagai tempat pengajaran).

Kak Arif