Menggoreng “Katok Pensil”
Suasana Hari Raya Idul Adha masih terasa. Latardi depan rumah adat berjejer bangku, terlihat di depan bangku ada meja dan kompor untuk memasak ditata sedemikian rupa.
Mula-mula anak-anak melihat kolam lele, belajar menyerok lele yang sudah besar-besar. Air bercipratan karena gerakan lele di serok dari kolam. Anak-anak menghindar. Lalu sumringah wajah anak-anak timbul saat memegang lele dari serok.
Hari itu Ahad (3/09), diadakan pertemuan orangtua murid ODM (baca: parenting), kali ini diisi dengan demo masak olahan lele organik menjadi krupuk dan kripik.
Kak Nandar sebelumnya mengunduh ilmu memfillet lele dari Malang. Hasilnya, pulang ke Kudus dengan pisau fillet yang tajam. Tidak hanya membawa pisaunya, Kak Nandar dan Kak Cepot pun mempraktikkan membuat kripik tulang lele dan krupuk kulit lele. Setelah berhasil mempraktikkan ilmu dari Malang, hari itu Kak Nandar mentransferkan ilmunya ke orangtua anak ODM.
Kak Nandar, yang mengelola kolam lele organik dengan sistem bioflog, mendemontrasikan cara memasak lele pada ibu-ibu yang hadir. Kegiatan dimulai dengan memfillet lele. Kak Nandar mencontohkan dengan pisau tajamnya.
Di tengah-tengah kegiatan tersebut, Galih Manunggal, wartawan TV One mendapat tugas meliput kegiatan ODM. Alhasil, kegiatan sore itu seperti acara memasak di televisi. Beberapa proses memasak diulang untuk keperluan pengambilan gambar.
“Mas, bisa diulang yang pas motong (fillet) kulit lelenya?” tanya Kak Galih.
“Dari awal mas?” jawab Kak Nandar.
“Ya,” tanggap Kak Galih sambil mengangguk.
Kak Nandar merapikan lele yang sudah difillet dan mengulang fillet lele lagi untuk diambil gambar dari angle depan. Setelah lele sudah difillet, kulit lele dijemur ditempat yang sudah disediakan.
“Katok pensil,” salah seorang ibu berkomentar. Kulit lele yang difillet sekilas memang mirip bentuk katok (baca: celana) model pensil ketika dijemur.
Seusai melihat tutorial yang dipraktikan Kak Nandar, beberapa ibu mencoba, seperti ibunda dari Tiyo, Syifa, Tiar, dan Farah. Setelah Bu Mul (Ibu dari Farah) mencoba menggoreng “katok pensil”, ia tertarik untuk menjualkan kembali krupuk kulit lele organiknya. Sayang persediannya sudah habis dibeli ibu-ibu lainnya. Rasa krupuk kulit lele memang enak, seperti krupuk rambak.
Kak Nandar pun berjanji untuk menyediakan krupuk kulit lele organik di lain hari. “Kalo beli untuk dijual lagi harganya beda nggak mas?” tanya Bu Mul.
“Sementara harganya sama Bu,” jawab Kak Nandar dengan senyum sopannya.
Belakangan ini ODM sedang membudidayakan lele organik dengan sistem bioflog. Lele dari hasil budidaya tersebut sudah bisa dibuat nugget lele, krupuk kulit lele, kripik tulang lele, dan abon lele. (Kak Arif)