Ragam

Belajar Seni Kelola Sampah Ecobrick


Minggu (16/07) Alun-Alun Simpang 7 Kudus ramai kegiatan CFD (Car Free Day). Jika kita berjalan mengelilingi semua sudut alun-alun, di sebelah selatan, kita akan bertemu kumpulan anak-anak muda sibuk dengan sampah plastik. Mereka sedang membuat ecobrick.

Apa itu ecobrick? Ecobrick adalah seni mengolah sampah dengan cara memasukkan sampah plastik ke dalam botol. Ecobrick ditemukan oleh Russel Maier asal Kanada.

Kegiatan bertajuk One Man One Ecobrick tersebut diselenggarakan Kresek singkatan dari Kreasi Sampah, Ekonomi Kota dengan Forum Komunitas Kudus. Kresek (@kresekkudus) gemar mengedukasi masyarakat dengan cara berkreasi dengan sampah, misalnya dengan sedekah sampah, membuat kerajinan dari sampah plastik, dan kini membuat ecobrick.

Ada belasan komunitas berpartisipasi, di antaranya Omah Dongeng Marwah. Hal ini membuat Eka, Orion, Radian, Kak Ulin, Kak Nafis, Kak Edy dan Kak Arif pagi-pagi sibuk mengepak sampah plastik ke dalam botol.

Para peserta sebelumnya dikabari untuk membawa botol dan sampah plastik dari rumah. Peserta duduk sekenanya di atas gelaran banner. Bagi yang tak bawa komunitas Kresek menyediakan botol plastik, potongan sampah plastik, dan tusuk bambu guna keperluan ecobrick.

Cara buat ecobrick mudah kog. Kita tinggal memasukkan sampah platik (baiknya digunting kecil-kecil dulu) ke dalam botol. Tusuk bambu digunakan untuk mengepak plastik supaya seluruh rongga botol tertutup.

Setelah menyelesaikan ecobrick. Eka dan Orion yang kini duduk di jenjang SMA, menggunakan kesempatan ini untuk membuat video liputan acara. Eka jadi presenter dan Orion jadi kameramen. Mereka yang sudah beberapa kali membuat film sendiri pun tinggal menyesuaikan kondisi.

Meski bertajuk One Man One Ecobrick. Banyak pula yang membuat ecobrick lebih dari satu. Melenceng dari tema kegiatan tapi malah bagus.

Menurut Rofida W, penaggungjawab kegiatan One Man One Ecobrick, Kresek butuh tiga ribu ecobrick untuk bahan membuat Wisata Sampah. Dalam wisata sampah mereka akan membuat replika Menara Kudus, kursi meja, dan lain sebagainya.

Sebelum kegiatan ini direalisasi, kakak-kakak dari komunitas Kresek Kudus setiap hari jumat membuat ecobrick. Sekarang sudah jadi sekitar delapan puluh ecobrick. Tentu masih perlu banyak ecobrick.
“Kami mencoba meminimalisir lagi karena itu (tiga ribu ecobrick) terlalu banyak. Kegiatan ini adalah persiapan untuk menggelar Wisata Sampah. Rencananya tahun ini. Lokasinya sedang diusahakan di Taman Wergu,” kata Rofidah.

Pembuatan ecobrick diselingi dengan kuis. Eka yang antusias ikut kuis cepat-cepat unjuk jari. Ia pun bisa menjawab soal dengan benar. Eka pun pulang dengan gantungan kunci dari kreasi sampah plastik.
Pukul delapan pagi kegiatan pun usai. Puluhan ecobrick terkumpul. Hari itu, kita jadi tambah pengalaman, sampah yang selama ini sering kita buang. Nyatanya bisa dimanfaatkan menjadi ecobrick. Dalam situs ecobricks.org dijelaskan kelebihan dari ecobrick yaitu kita tidak memerlukan alat canggih untuk membuatnya, tidak perlu keterampilan khusus, tidak perlu insinyur, bahkan politisi untuk memulainya. Ecobrick bisa diinovasikan menjadi kebun, meja, kursi, sofa, rak, perahu, dan lain-lain. Situs tersebut mengatakan yang membatasi hanya imajinasi. (Kak Arif)

Tinggalkan Balasan