Kak Naviz mendongeng “Anak Ayam dan Anak Itik” karya Durga Lal Shrestha Dongeng ini mengisahkan dua sahabat, anak itik dan anak ayam. Keduanya punya gaya dan kekuatan sendiri. Masing-masing punya peluang untuk menyelamatkan hari! Reading level: Level 1 Publisher: The Asia Foundation – Let’s Read Illustrator: Sambhav Maharjan Editor: Niranjan Kunwar Muna Gurung Sharareh Bajracharya Srijanalaya Sumber:
Beluga, si lumba-lumba kecil, berenang menyusuri lautan, tanpa tujuan. Pandangannya terus ke bawah dan pikirannya dipenuhi oleh Tufi, sahabatnya yang terjerat jaring nelayan beberapa jam lalu. Beluga merasa sedih dan sangat bersalah karena tidak mampu menolong Tufi. Ia terus berenang tanpa tujuan, berharap keajaiban datang agar Tufi kembali. Temannya itu
Sore itu, Byul berdiam diri di dalam kandangnya. Ia terlihat sedang besedih. Byul adalah kucing kecil berwarna abu-abu. Ia memiliki buntut yang pendek yang tinggal di tempat penampungan hewan. Kemarin, ada seseorang yang datang dan mengatakan akan mengadopsi seekor kucing. Pilihannya jatuh pada Byul dan Debby, kucing ras berbulu indah
“Aku nggak mau main sama Bumi lagi!” Wira menghentakkan kakinya kesal. Beberapa hari terakhir, Bumi, Wira, dan Dino sering bermain layangan bersama di pinggir hutan. Terkadang, mereka mengajak anak-anak dari desa sebelah, tapi hari ini hanya ada mereka bertiga. Saat sedang asyik menarik tali layangan, Wira tiba-tiba berteriak. Mulutnya terus-terusan
Inilah kisah paling menghebohkan di dunia seni modern. Di mana rumah-rumah, gedung, dan istana raja dibangun hanya dengan nada. TERSEBUTLAH kisah di jaman dahulu, saat piano, guitar, dan alat-alat musik modern lain belum tercipta, hidup seorang seniman bernama Odema. Ia sangat ahli memainkan nada melalui alat musik yang dibikin sendiri
Ketika itu warga kampung Gondoseger sedang gempar. Mereka diliputi rasa mencekam. Gara-garanya ada kabar yang menyeramkan. Yaitu adanya hantu di Terowongan Sragi. Katanya, hantu itu kadang-kadang bersuara seperti orang menangis, kadang-kadang seperti orang menjerit dan berteriak. Suara itu membuat orang yang mendengarnya merinding. “Itu pasti hantu buangan,” kata orang-orang.
Di sebuah pasar desa berdaganglah seorang kakek tua. Orang-orang memanggilnya Kek Sardi. Kek Sardi menjual tempe. Dia ditemani Banu, cucunya. Dari hasil berdagang itulah mereka mencukupi kebutuhan hidupnya. Setiap harinya, Kek Sardi berangkat pukul setengah lima pagi. Nanti pukul setengah enam Banu pulang duluan untuk persiapan berangkat sekolah. Hari masih
Pada suatu sore, sekumpulan anak sedang pulang mengaji. Layaknya anak-anak mereka berlarian dengan sangat riang. Kadang-kadang mereka berkejaran. Satu di antara anak itu bernama Radi. Tiba di sebuah sungai, mereka harus melompat karena tidak ada jembatan. Saat Radi siap-siap melompat, sebuah pulpen jatuh dari kantung bajunya. Pulpen itu bernama Balpina.
Ketika itu Amerika sedang musim dingin. Di sebuah kota kecil hiduplah dua remaja beserta kedua orang tuanya. Mereka sedang menjalankan usaha baru. Di suhu sangat menusuk tulang itu, Walt, salah seorang anak remaja itu biasa bangun tengah malam. Dilihat jam dinding di rumahnya pukul 03.30. Itu artinya sebentar lagi yang
Inilah cerita tentang Bulusan, tradisi di Dukuh Sumber, Desa Hadipolo, Jekulo. Sebuah tradisi keramaian di musim kupatan yang sudah turun temurun dari dulu hingga sekarang. Mungkin tak banyak orang yang tahu bagaimana sejarah dan asal-usul tradisi Bulusan. Padahal setiap musim kupatan tiba, ribuan orang berkunjung ke tempat tersebut. Bagaimana asal-usul
Dongeng ini terinspirasi dari sosok Dokter Ramelan, seorang dokter yang ikhlas mengobati pasiennya di kota Kudus. Meskipun pasiennya tak punya uang untuk membayar.
Tanpa diduga, tiba-tiba Kapten Machmudi terjatuh. Ternyata dia terkena peluru persis di dadanya.
“Komandan,” panggil anak buahnya.