Cerpen Hasan Aoni Aku tak bisa lagi menghitung curah hujan yang jatuh di hamparan sawah sore ini. Seperti James Symons di Inggris pada 1863 bersama Michael Ward, menghitung dengan alat pengukur terbuat dari tembaga, dengan corong lima inci yang memiliki pinggiran kuningan, satu kaki di atas tanah, dan menjadi pengukur
Cerpen Hasan Aoni Siapa yang mendaki Rahtawu dan memutar wayang di atas bukit itu, ia sesungguhnya sedang berkomplot mengundang bencana. Kepercayaan ini menyebar. Anehnya, makin sering terjadi bencana, makin penasaran orang-orang dari penjuru kota datang. Seratus meter ketinggian bukit itu dari kaki lembah, menjulang tegak di pegunungan Muria yang mistis.
Cerpen Hasan Aoni Persetubuhan itu akhirnya terjadi. Ini malam pertama bagi Dulah dan kesekian kali bagi Imah. Dulah harus menunggu seminggu sejak akad nikah di tengah hujan badai malam itu. Imah datang bulan. Tetapi, ketika malam pertama yang ditunggu datang, bercak darah perawan yang ditunggu dengan hati berdebar itu tak
Suara bakiak terdengar setiap pagi. Iramanya mengikuti dentang jam dinding Junghans yang dipasang di ruang tengah. Menggema di rumah yang jarak antara lantai dan langit-langitnya tinggi. Di depan musholla kecil rumah itu suara itu berhenti. Abah, pemakai bakiak itu, menunaikan tahajjud dan bergilir setelah itu mengunjungi salah satu dari tiga
“wake up!” “w4ke up!” “Wake Up!” “w a k e u p !” “wake up!” “wakeup!“ “WAKE UP!” “ALRIGHT IM AWAKE!” aidan screamed. Well, in his head of course. He stretches his hands and feet before looking at the clock. 7:02 AM, as usual. he turns back to his bed and