Ragam

Malam yang Mengejutkan

BUKALAH channel Animal Planet. Jika Anda hobi aquarium dan ikan, Anda akan bertemu dengan program “Tanked”. Brett Raymer dan Wayde King adalah gokil bersaudara yang memandu program ini. Mereka menyulap ruang di dalam rumah menjadi aquarium hidup. Tuan rumah disuruh pergi jalan-jalan, dan setelah kembali, mereka akan terkejut dengan perubahan di rumahnya. Pemilik rumah tiba-tiba merasa seperti hidup di tengah lautan atau perairan dengan beraneka ragam ikan dan sea landscape nya.

Semalam (4/11/18) saya merasa seperti itu. Memasuki area lomba aqua scaper yang diadakan Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpangan) Kabupaten Kudus di Farming Expo, Balai Jagong, GOR, Kudus. 30-an aqua scape seukuran kardus minuman aqua berbahan kaca atau mungkin akrilik berjejer di atas meja. Saya bukan penghobi ikan. Hanya mengikuti si bungsu yang akhir-akhir ini suka ikan cupang yang dibeli dari salah satu anak Omah Dongeng Marwah (ODM).

Entah apa yang menggerakkan saya tiba-tiba harus membuka fitur kamera di HP saya. Mata saya tertambat pada scape nomor 15, lalu memotret dan membuat video. Sekotak air berisi akar dan pepohonan dengan lumut yang mengelilingi hampir seluruh kayu purba. Ada ikan-ikan kecil berenang keluar masuk gua, pasir putih di bawahnya, dan gelembung udara sesekali menyembul seperti nafas hidup. Saya merasa seperti terdampar dalam hutan belantara di dasar lautan: suwung. Gokil! Scape nomor 15 itu telah merebut perhatian saya. Mengingatkan saya saat sakau berpetualang dengan game “Treasure Seekers-5” di Ipad saya.

Saya dipersilahkan duduk di kursi yang berjejer di dekat panggung oleh Kabid Perikanan Disperpangan Bapak Fajar Nugroho. Dua host di atas panggung masih cemluit mengenalkan acara itu dengan suara yang sangat keras. Cukup berisik di ruangan yang tak terlalu besar. Tapi, cuitan mereka diam-diam saya butuhkan untuk mengenali: acara macam apakah ini?

Ketika diajak memasuki ruang itu oleh Kadinas Bapak Catur Sulistiyanto dan Kabid Pangan dan Perkebunan Bu Arin Nikmah, saya tak diberi tahu apa-apa. Saya kira hanya jalan-jalan melihat-lihat boot expo sebelum acara musik jalanan anak-anak ODM yang akan perform di depan café Tong Kopi Muria, dimulai. Sampai saya diminta Pak Catur menyerahkan piagam kepada juara dua lomba itu, saya masih belum paham. (Dasar ndeso, hehe).

Nah, biar tak kelihatan awam banget, saya meminta Pak Fajar menjelaskan singkat sebelum naik panggung. Dia berbisik di tengah keriuhan. Tak terlalu jelas, tapi saya menangkap pesannya. Oke. “Wah, ini bagus banget. Merefresh model aquarium sebagai bisnis baru masyarakat,” komentar saya.

Saya memberikan piagam dan hadiah kepada juara dua dengan mantab. Blitz kamera berkilatan menyiram muka kami, layaknya senior aktor tengah memberikan piala Oscar kepada para aktris film. Tibalah host mengumumkan juara satu. Berdebar jantung para peserta lomba. Saya tak terlalu mendengar nomor scape berapa yang diumumkan sebagai juara. Tempik-sorai pengunjung menyesaki telinga, menenggelamkan nomor aqua scape yang disebut. Scaper dari Jepara berhasil merebut juara satu. Pantas lah, Jepara memiliki perairan laut dengan Pantai Bandengan yang sangat indah itu. Pasti anak ini berpengalaman. Pikir saya.

Pak Catur memberikan hadiah. Lagi, blitz berkilatan. Tak ada protes. Mungkin karyanya memang layak menyabet juara satu. Empat Juri diminta memberikan testimoni dan mengungkapkan mengapa mereka memilih scaper itu. Tapi, duh! Sungguh saya sangat terkejut. Ternyata pemenangnya penyusun aqua scape nomor 15. Ini khan yang tadi saya foto dan videokan?

Masih berada di atas panggung, saya spontan maju memberikan selamat. Dia pemuda bertopi biru berumur 30-an tahun. Entah siapa nama pemuda yang sudah menggerus-gerus perasaan saya selama 10 menit sebelum pengumuman itu. “Hebat!” seru saya pendek. Dia tersenyum. Tangannya mengepal ke atas. “Saya akan undang Anda datang ke sanggar kami di ODM,” ajak saya. Tapi, dia tak mendengar apapun. Pengumuman juara itu telah menghanyutkannya dalam haru-biru kebahagiaan.

Cerita belum berakhir. Pak Catur tiba-tiba menantang pengunjung untuk berani menawar aqua scape nomor 15 itu? Tak ada yang mengacungkan tangan. Saya pikir kalau para penghobi ikan hias di kota ini diundang sebelumnya, mungkin banyak tangan yang mengacung. “Dua ribu rupiah!” kata Pak Catur menirukan angka yang dibisikkan pemuda itu. Maksudnya dua juta rupiah. Semenit berlalu, tak juga satu acungan naik ke udara.

Bakal “gagal” acara ini secara event organizing, pikir saya. Dan mata Pak Catur tiba-tiba tertumbuk pada topi ikonik Santana yang saya kenakan. Lalu turun bertumbuk mata. “Pak Hasan Aoni siap membeli?” tanyanya dengan suara dihembuskan di depan microfon. Tentu saja didengar semua pengunjung. Hah! Membeli? Dengan harga semahal itu? Buat saya yang bukan penghobi ikan, itu harga yang sangat aduhai.

“Ya! Ya!” jawab saya gugup seperti tertembak. Saya setuju. Tak apa. Anak saya pasti senang. Mungkin pengunjung mengira, yang membeli pengusaha yang berani membuang uang demi memuaskan hobinya? Asem tenan! Mengapa pemuda bertopi biru itu menempel harga sebegitu mahal? Ini khan setara gaji UMR sebulan buruh linting rokok di Kudus? Mengapa pula saya harus memotret dan mevideo kotak air ajaib nomor 15 itu sebelumnya? Bukankah seperti membangun telepati bernilai dua juta rupiah? (Hahahaha).

Tapi, demi acara agar tak “gagal” seperti yang saya kiritik dalam hati beberapa menit sebelumnya, saya setuju. “Oke!” saya menjawab spotan layaknya pengusaha sukses. Sungguh, ini malam yang sangat mengejutkan. Dan sumber keterkejutannya adalah harga yang ditempel pemuda tengil bertopi biru itu, sang scaper yang tak mendengar ajakan saya untuk datang di sanggar kami ODM, saking bahagianya meraih juara satu. Hmmmmm…..

Begitulah cerita saya hari ini, kisah tentang keterkejutan semalam.

Kudus, 5 Nop 2018

Salam Dongeng!
HA, ODM

Tinggalkan Balasan