Karya

[Teater] ANANG-ING MURIA

“ANANG-ING MURIA” merupakan pementasan persembahan dari Omah Dongeng Marwah bekerja sama dengan Forum Apresiasi Seni dan Budaya Kudus dan didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation.

Pementasan ini mengadaptasi cerita rakyat dari Kota Kudus, kisah cinta Nawangsih dan Rinangku.

Disutradarai oleh Tiyo Ardianto dan dimainkan oleh Tsaqiva Kinasih Gusti, Orion Bima Wicaksana, Dharma Eka Prasetya, M. Zufhar Abdallah Resar, M. Alfian Azizi, Ervina Dwi Setyaningrum, Eka Retno Diana Putri, Shelima Evany Prasetya dan Hapsari Putri Nastiti.

Diadakan pada Selasa, 25 Desember 2018 di Auditorium Universitas Muria Kudus. Berikut sinopsis ceritanya:

Bagaimana mungkin sampai kepadamu, jika kau tak bisa bertanya pada yang mati?

Di sekitar makam itu, berdiri gagah nan rindang pohon-pohon jati. Orang-orang banyak yang menziarahinya. Niat hatinya bermacam-macam. Barangkali, di antara mereka juga ada yang senasib denganku. Cintanya tak direstui. Tapi kekasihku kurang setuju. Aku tak dibiarkannya larut dalam ambisi untuk menikah.

Aku Nawangsih. Kisahku lebih dari sekadar daun jati yang gugur ketika kemarau. Takluk kepada waktu, dan membiarkan dirinya jatuh, meski pernah begitu erat dengan rantingnya. Benarkah orang-orang tak tertarik dengan kisahku karena simpang siur dan tabu?

Konon, aku terbunuh saat bermesraan dengan kekasihku. Siapa yang melepaskan anak panah dari busurnya? Sehingga panah itu melesat ke tubuh kami dan orang-orang sekitar diam tak berkutik, terbelalak melihat kami sekarat. Lalu, konon karenanya bapakku menyumpah mereka menjadi pohon jati?

Ah, sudahlah. Kukira kisahku akan berhenti. Ternyata jauh dari tempat aku dimakamkan. Beberapa remaja di Omah Dongeng Marwah (ODM) membicarakanku. Mereka bukan menggunjingkan aku, seperti suara yang bising itu. Mereka akan mengolah kisahku dan mengangkatnya menjadi pertunjukan teater.

ANANG-ING MURIA, jujur aku penasaran. Karena ‘anang’ berarti cinta, ‘ing’ berarti di, dan Muria adalah nama gunung yang selama ini kutempati. Namun kenapa jika ‘anang’ dan ‘ing’ digabung menjadi ananging yang berarti ‘tetapi’? Memang ada Cinta di Muria, tetapi…

‘Tetapi’ di sini pasti akan bermakna banyak. Setiap dari kalian akan memiliki sudut pandang yang berbeda, seberapa sunyi dan peka rasa yang kalian miliki. Jangan sungkan untuk merenungkannya. Aku sendiri turut merenung kok!

Entah, apa yang membuat remaja ODM yakin untuk mengangkat kisahku. Padahal di luar sana masih banyak kisah-kisah serupa. Begitulah, memang kisah selalu diulang dengan tokoh yang berbeda. Semua orang akan menjadi perannya, menjadi cahaya atau bayangan. Jangan salahkan gelap. Bukankah kalian tak akan merasakan terang jika belum merasakan kegelapan?

#FasbukAsik #EdisiDesember2018 #Anangingmuria #OmahDongengMarwah

Tinggalkan Balasan