Esai

Bisakah Kesuksesan Anak Direncanakan?

Pernah dengar istilah 𝘨𝘰𝘭𝘥𝘦𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘰𝘥 anak? Yakni, masa emas bagi tumbuh dan berkembangnya anak? Bruce Lipton, seorang ahli epigenetik, yang banyak melakukan riset terhadap perkembangan sel otak anak, meyakini bahwa faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap perubahan genetis, terutama saat mereka berada di usia tujuh tahun ke bawah. Fase itulah yang disebut Lipton sebagai 𝘨𝘰𝘭𝘥𝘦𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘰𝘥.
Di usia itu, gelombang frekuensi rendah yang ada di otak anak lebih berperan daripada gelombang lain yang mengfungsikan ketetapan, hitungan, rasio dan aturan. Dalam disiplin neorologi, gelombang itu disebut sebagai “theta”. Gelombang frekuensi 4-8 Hz, tempat “alam bawah sadar” anak merekam setiap rangsangan yang diterima.
Anak-anak di usia itu menurutnya perlu diberikan ruang kemerdekaan untuk bermain dan merekam hal-hal yang baik tentang kehidupan. Biarkan mereka bermain dan mencontoh perilaku baik dan menyenangkan yang diberikan oleh lingkungannya dibanding dijejali dengan banyak aturan, apalagi perintah, versi orang dewasa. Imaginasi berada di gelombang ini dan bisa dijungkit melalui kisah dan dongeng. Perintah dan aturan akan menyembunyikan ruang imaginasi bahkan mengerdilkan.
Penjelasan Lipton membenarkan riset Robert Kiyosaki terhadap fakta bahwa anak yang lahir dari keluarga kaya kelak akan menjadi kaya, dan dari keluarga miskin akan tetap miskin, tidak perduli mereka bodoh atau pintar. Mengapa? Keluarga kaya akan mencontohkan pola hidup hemat, ulet, tak mudah menyerah. Sedang, keluarga miskin akan mencontohkan pola hidup boros, pasrah, dan mudah putus asa. Dalam konteks ini, kaya sebagai salah satu ukuran kesuksesan. Masih banyak ukuran kesuksesan lain dalam hidup. Dan semua pola teresonansi di alam bawah sadar anak.
Stimulus yang direkam oleh anak melalui alam bawah sadar akan mengendap dan membentuk pola hidup yang mempengaruhi perilaku mereka di kemudian hari. Bacalah kembali buku karya Kiyosaki: “Rich Dad, Poor Dad” untuk memenuhi rasa penasaran Anda.
Jadi, menjadi sukses atau gagal, kaya atau miskin, sangat bergantung pada setting dan pola pelatihan anak di masa kecil. Theta memiliki daya rekam yang sangat lama dan mampu menjungkit perilaku anak pada fase remaja dan dewasa.
Dulu buku itu dicibir oleh kalangam 𝘧𝘪𝘹𝘦𝘥 𝘮𝘪𝘯𝘥𝘴𝘦𝘵 atau kelompok “jabariyah” sebagai takdir. Menjadi kaya atau miskin adalah nasib. Dalam pandangan yang lebih moderat kita sering mendengar: “Wajar mereka kaya, karena lahir dari keluarga yang memiliki banyak fasilitas.”
Pandangan itu tidak terlalu salah kalau fasilitas yang dimaksud adalah pengayaan contoh yang diberikan oleh orangtua kepada anak-anaknya pada fase 𝘨𝘰𝘭𝘥𝘦𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘰𝘥, dan bukan fasilitas harta.
Justru dengan fakta itu keluarga dari suku apapun, yang berkekuatan ekonomi apapun, bahkan yang pas-pasan sekalipun, memiliki kesempatan terbuka untuk bisa merencanakan anak-anaknya menempuh jalan sukses dan bahagia di masa depan sesuai pilihan yang mereka sukai.
Di forum ini besok kami akan mengeksplor 𝘨𝘰𝘭𝘥𝘦𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘰𝘥 anak kepada puluhan ibu-ibu yang mengikuti pelatihan mendongeng. Ruang berbagi pengalaman supaya sebagai orang tua maupun guru kita bisa menyadari potensi emas yang dimiliki oleh hampir semua anak. Dengan itu kita bisa merencanakan jalan sukses untuk anak-anak Indonesia di masa depan.
Salam Dongeng!
Hasan Aoni

Tinggalkan Balasan