Ragam

Dongeng Itu Mengalun Lewat Nada

Serial Kisah Remaja Bertalenta

— Tsaqiva Kinasih Gusti

 

Entah bakat apa yang diturunkan dari keluarganya, karena ayahnya sebetulnya sedang berpura-pura mahir bikin lagu dan dongeng agar anak-anaknya terinspirasi oleh kepura-puraan itu. Tsaqiva Kinasih Gusti, nama gadis kelas dua setara SMA di Omah Dongeng Marwah (ODM), ini “tertipu” oleh kepura-puraan itu.

Ia menirunya. Terciptalah lagu “Children in The War”, “Aku Ingin Bebas”, dan “Mystery” ketika masih duduk di kelas empat SD. Sampai Agustus 2019, gadis berusia 16 tahun ini sudah menulis lebih dari 40 lagu. Buat dia menulis lagu layaknya mendongeng, seperti seharian dia menulis cerpen dan dimuat di beberapa harian nasional.

Cerpennya, “Bintang di Langit Jakarta”, mendapat anugerah terbaik nasional tingkat remaja dalam event yang diselenggarakan oleh Kemendikbud RI pada 2017. Cerpen ini terinspirasi oleh pengalamannya melihat kerlap-kerlip lampu kota Semarang serupa bintang-bintang yang berpendar di langit. Ia amati itu setiap pulang menyusuri kota dari ketinggian asrama di SMP Semesta, Gunungpati.

Bersama teman-temannya ia mengangkat cerpen itu menjadi skenario film berdurasi 28 menit dan mengubah judulnya menjadi “Mata Jiwa”. Teman ayahnya, Andika Wardana, yang biasa membuat film dan clip, didatangkan dari Jakarta untuk mendampingi pengalamannya pertama kali. Ini film pertama yang digarap secara serius bersama teman-teman usia SMP-nya di Kudus. Membuat Mendikbud Muhadjir Effendy dan istrinya duduk tak pergi sampai film ini diputar di tengah ratusan penonton se-Jabodetabek, di Jakarta pada 2018. Di film ini ia memborong peran penulis skenario, sutradara, pengisi sound track dan pencipta lagu, bukan karena ingin mendominasi.

“Kami belum pernah membuat film serius dengan alat-alat profesional. Karena, diangkat dari cerpen saya, teman-teman menunjuk saya berbagai peran itu agar proses pembuatan film berjalan lancar,” katanya. Alasan lain sebetulnya supaya biaya sewa alat dari Jakarta tidak membengkak.

Dari film itu mereka tuman. Beberapa alumni “Mata Jiwa” saling berbagi peran menjadi aktor, aktris, director (sutradara), DoP (Director of Photography) — istilah untuk orang di balik kamera tak sekedar kameramen, dan segala macam peran saling bertukar di film-film yang lain. Sebuah pembelajaran kerjasama dalam pola collaborate 4.0.

Saat ini ia tengah menggarap film pendek sebagai perancang ide dan akan mengambil peran sutradara untuk film “Sundari”. “Saya akan bikin penonton cemas, terteror dan twice, teraduk-aduk emosinya dan merasa breath taking ketika menonton film ini,” katanya.

Tapi, dari sekian kegemarannya, ia lebih suka mengembangkan penulisan lagu. “Dengan lagu saya lebih leluasa mencurahkan perasaan,” ujarnya.

Sejak belajar aransemen dari beberapa musisi dan arranger di Jakarta, ia mulai memoles lagu-lagunya dengan sentuhan aransemen sendiri. Tak perlu layer orkestrasi yang padat, sebab lagunya lebih terasa dengan genre folk. Gaya musik yang sedang in dalam satu dekade ini.

Entah apalagi yang akan dia kerjakan sebagai pembakat muda. Mimpinya tak terbatas oleh berbagai keterbatasan yang dimiliki dia dan keluarganya. Di desa ia menemui keterbatasan, tetapi justru menjadikan kekurangan sebagai kelebihan. Tradisi, budaya, perilaku masyarakat desa yang sederhana dan agung, yang dipandang oleh orang kota sebagai terbatas, menggugahnya ingin memperkenalkannya pada dunia.

“Jika diberi kesempatan, saya ingin memromosikan kepada dunia budaya Jawa dan Nusantara yang sangat adiluhung,” katanya dalam satu sesi wawancara saat menjadi bintang program “Little VIP” Metro TV, dengan host Cak Lontong dan Asti Ananta, Januari 2018.

Manusia bukan burung yang bersayap, tak berinsang seperti ikan, tapi oleh imaginasi untuk bisa terbang dan menyelam tanpa sayap dan insang itulah maka lahir pesawat dan kapal selam yang kita lihat sekarang. Seperti anak-anak remaja yang penuh imajinasi dan merasuki pemikirannya, seperti itulah Tsaqiva dan anak-anak remaja sekarang.

Tsaqiva, kadang Kinasih, dipanggil oleh teman-temannya, lahir di Kudus, 11 September 2003. Boleh jadi dia dan teman-temannya kelak menjadi pesawat atau kapal selam sesuai mimpinya. Tapi, kakak pendampingnya berpesan, ketika cita-citamu digantungkan setinggi langit, gantungkan juga setinggi tanah, supaya kamu tak lupa desa dan asalmu.

Tulisan sepanjang ini adalah pengantar untuk video profile Tsaqiva, yang konsep dan narasinya ia susun sendiri, dan digarap bersama teman-temannya di ODM. Selamat menyaksikan!

Salam dongeng!
Hasan Aoni, pendiri Omah Dongeng Marwah

 

Tinggalkan Balasan