Kegiatan-kegiatan sastra biasanya ramai di kota-kota seperti Jakarta, Yogya, Bandung… Jarang terdengar kegiatan sastra di kota-kota kecil, meski bukan berarti di kota tersebut tidak ada penulis/sastrawan. Ini cerita dari anak muda yang gemar menulis dan menggerakkan kegiatan sastra di kota Kudus.
View this post on Instagram A post shared by LaKonte official account (@sekitarlakonte) Video ini siaran ulang dari podcast di IGTV @sekitarlakonte pukul 19.00 WIB hari Minggu 13 Desember 2020. Video Klip Tsaqiva Kinasih Mystery Previous Next
BETANEWS.ID, KUDUS – Beberapa anak terlihat duduk berkumpul di ruangan cukup besar milik Omah Dongeng Marwah, Selasa (01/12/2020). Wajah-wajah mereka kadang terlihat serius, kadang juga terlihat riang. Salah satu dari sekian anak itu adalah Orion Bima Wicaksana, sutradara produksi monolog yang berhasil meraih juara 2 Festival Monolog Berbahasa Jawa 2020. Ditemui
Sarasehan yang diselenggarakan Klub Merawat Indonesia (KMI) Megawati Institute merupakan sebuah forum yang mendiskusikan isu-isu di seputar budaya, politik, dan ekonomi. Pada kesempatan ini, hadir Hasan Aoni, pendiri Omah Dongeng Marwah, Kudus-Jawa Tengah, ditemani Marbawi A Katon selaku tuan rumah. #SarasehanMI #MegawatiInstitute
Parlemen Remaja merupakan kegiatan pembelajaran politik kepada generasi muda, khususnya pelajar tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat. Mereka akan merasakan simulasi menjadi Anggota DPR RI selama 5 hari.
Komunitas kepenulisan Jagong Sastra akan menggelar puncak kegiatan Kemah Sastra Kudus 2020 pada Sabtu, 26 September 2020. Adaptasi dengan kebiasaan baru karena pandemi covid-19 kegiatan ini pun diadakan secara daring. Link streaming: https://www.youtube.com/c/fasbukasik
Bhineka Tunggal Ika itulah semboyan Indonesia. Saya selalu menganggap bahwa semboyan itu sangat menakjubkan. Maknanya yang singkat dan jelas, walau kita berbeda, kita semua itu sama. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya adalah “Berbeda-beda tetapi tetap satu”(Wikipedia). Tetapi semakin saya tumbuh besar, semakin hampa kalimat itu terdengar.
Tadi siang (15 Juni 2020), Aku dan Aira pergi ke sawah Bu Kusti untuk mengambil bunga kenikir warna kuning. Di tengah perjalanan, kami mendapatkan catcalling oleh beberapa anak laki-laki yang melintasi jalan menuju sawah. Setelah itu Aira melontarkan pertanyaan kepadaku, “Mbak, kenapa cowok kok lebih suka cewek yang kulitnya putih?
Zaman berkembang begitu pesat. Saking pesatnya, anak kelahiran 2003 seperti saya bisa menyaksikan beberapa perubahannya. Waktu saya kecil, alat komunikasi elektronik yang dioperasikan dengan sentuhan jari hanyalah mimpi. Sekarang, hampir semua orang menggunakan smartphone, salah satunya saya sendiri. Saya beberapa kali mendengar kisah seniman yang hidup di era wartel atau nokia.
::Tulisan bapak Hasan Aoni yang lembut dan berwibawa telah mengingatkan saya kepada sesuatu :: Dulu sekali, leluhur kita amat kesulitan menyatukan gelombang komunikasinya. Mungkin mereka tidak mendefinisikan hal itu sebagai suatu kesulitan, tapi jika kita melihatnya dari kacamata abad modern; kehidupan yang amat sulit dibahasakan, terlebih dengan kata –sama dengan– kehidupan
JIKA kecerdasan adalah kompos kemerdekaan, kebodohan adalah hamanya. Untuk memberantasnya, Raja Persia, Muhammad Reza Pahlavi perlu mengundang menteri pendidikan seluruh dunia dalam suatu konferensi. Kelak pertemuan ini menjadi sejarah lahirnya Hari Aksara Sedunia atau International Literacy Day. Diperingati setiap 8 September. Di Tehran, Iran, nama lain Persia, 8 September 1965,