Esai

Sepotong Kisah Mawar

Mawar dianggap bodoh oleh kawan-kawan bahkan gurunya di SD. Sampai kelas empat dia masih belum bisa membaca. Nilai matematikanya, yang sering dianggap sebagai ukuran kecerdasan, juga rendah. Apa yang bisa dibanggakan darinya selain wajah yang cantik dan keceriaannya yang bikin gemas setiap orang?
“Saya sulit menjawab setiap ada saudara dan teman yang bertanya; Mawar rangking berapa di sekolah? Yang ada sedih saja,” kata ibunya bercerita dengan suara bergetar dalam sesi parenting di Omah Dongeng Marwah, pada Jumat, 23 Juni, 2023, lalu.Ia lantas berkonsultasi dengan seorang psikolog dari Universitas Muria Kudus. Mawar terindikasi disleksia. Ia dengan suami dan keluarganya, yang semula membenarkan penilaian orang dan gurunya, mulai menyadari kekeliruan itu.
Dari psikolog itu ia memahami tentang disleksia. Disleksia sering digambarkan sebagai gangguan pada otak yang bikin penderitanya mengalami kesulitan dalam belajar. Ia bisa membaca terbalik sebuah kata atau huruf yang hampir sama, seperti huruf O dengan angka 0 (nol), huruf S dengan angka 5 (lima), dst. Mereka sulit mencerna lambang dan informasi, sehingga mengganggu daya ingat dan proses belajarnya.
Disleksia tidak bisa memilih akan menempel di kepala siapa kecuali karena bibit DNA yang dibawa nenek moyangnya. Penulis ulung Agata Christie, petinju Muhammad Ali, aktor Tom Cruise, musikus John Lennon, bahkan fisikawan Albert Enstein adalah tokoh-tokoh pengidap disleksia yang tetap berprestasi di bidangnya.
Aamir Khan menggambarkan penderita disleksia dalam sebuah film yang sangat indah berjudul “Taare Zameen Par” (seperti bintang-bintang di langit), dengan aktor ciliknya Ishaan. Seperti Mawar dan anak-anak disleksia umumnya, Ishaan tak pernah dianggap di kelas. Sebelum pemberontakannya meledak, ia menemukan guru yang memahami kekurangannya dan berhasil menggali berlian yang terpendam dalam dirinya. Ia memiliki bakat melukis yang hebat dan tak terlalu suka berhitung.
“Ibu pernah menonton film ini?” tanya saya.
Ibu Mawar mengangguk. Saya tersenyum menerima jawaban itu.
“Saya sudah menonton 13 kali dan rasanya ingin menonton lagi supaya bisa belajar memahami bakat istimewa dan unik anak,” kata saya memberi dukungan.
Menemukan penyebab kesulitan Mawar belajar tidak lantas menenangkan ibunya. Untuk menebus kesalahan sikapnya di masa lalu, ia berusaha sekuat tenaga mencari sekolah yang tepat untuk anaknya. Sampai suatu ketika ia mendatangi sekolah kami di saat libur dan kembali lagi di hari berikutnya. Mawar mendaftar menjadi murid kelas 8 di Omah Dongeng Marwah sudah setahun ini.
“Lingkungan di sini sangat mendukung untuk pengembangan bakat dan minat Mawar,” akunya.
Ibunya menemukan kembali kecerdasan dan keceriaan anaknya. Ia tak menyangka, Mawar, yang telah menerima beragam bully di sekolahnya dulu, yang membuat dia minder dan pemalu, tiba-tiba menyediakan diri menjadi MC di acara halal bilhalal keluarga besarnya pada iedul fitri lalu. Semua saudara yang hadir tercengang melihat kelancaran dan kepintaran Mawar berbicara di depan umum. Mereka selama ini terlanjur memandang rendah Mawar.
“Keponakan kami yang sudah mahasiswa saja tidak berani tampil di depan umum,” kata ibunya, bangga.
Ada beragam cerita selain Mawar di antara pengakuan orang tua yang datang di acara parenting itu. Rasanya sayang jika tidak kami tulis dalam cerita berseri tentang kehebatan anak-anak saat menemukan lingkungan belajar dan bermainnya yang tepat di kesempatan lain.

Salam dongeng!
Hasan Aoni

Tinggalkan Balasan